https://whatsform.com/6aNtI7

Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial. Kesadaran manusia sebagai makhluk sosial, akan memberikan rasa tanggungjawab untuk mengayomi individu yang jauh lebih ”lemah” dari pada wujud sosial yang ”besar” dan ”kuat”. Kehidupan sosial, kebersamaan, baik itu non formal (masyarakat) maupun dalam bentuk-bentuk formal (institusi, negara) dengan wibawanya wajib mengayomi individu.

Manusia sebagai makhluk sosial memiliki arti bahwa manusia membutuhkan manusia lain. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat menjalankan hidupnya sendiri. Bahkan dalam memenuhi kebutuhannya, manusia memerlukan manusia lain untuk membantunya.

Hal ini berlaku untuk semua manusia. Tidak mengenal sebuah kedudukan bahkan sebuah kekayaan. Setiap manusia selalu membutuhkan manusia lainnya. Setiap manusia dalam bermasyarakat pasti melakukan komunikasi, sosialisasi dan juga interaksi dengan masyarakat lainnya. Manusia sebagai makhluk sosial sudah terjadi sejak ia lahir. Seorang manusia yang akan lahir pun membutuhkan manusia lain untuk memberikan pertolongan.

Hakikat manusia sebagai makhluk sosial akan membentuk suatu hukum, mendirikan sebuah kaidah perilaku dan kerja sama antar kelompok yang lebih besar. Dalam perkembangan ini bantuan dari spesialisasi dan organisasi atau integrasi sangat diperlukan. Hal itu dikarenakan kemajuan manusia yang terlihat akan bersandar pada sebuah kemampuan manusia.

Sejumlah psikolog berpendapat, bahwa sifat dan pribadi seseorang dibentuk oleh lingkungan mereka tinggal. Ketika orang tersebut tinggal di lingkungan yang religi, maka orang tersebut besar kemungkinan menjadi pemuka agama.
Begitu sebaliknya, jika seseorang sejak kecil tinggal di sebuah lingkungan yang penuh kejahatan, maka orang tersebut cenderung menjadi penjahat.

Pandangan seperti ini di dalam ilmu psikologi disebut empirisme. Penganut empirisme mempercayai kepribadian dan sifat seseorang sepenuhnya dipengaruhi oleh lingkungan.
Menurut Locke, jiwa manusia waktu lahir bersih dan suci, bagaikan kertas yang belum ditulisi apapun. Akan menjadi apakah orang itu kelak, sepenuhnya tergantung pada pengalaman-pengalaman yang ia alami semasa hidupnya.

Ilmuwan asal Inggris, Francis Galton membuktikan bahwa dua orang anak kembar identik, jika dididik dan dibesarkan dalam keluarga dengan lingkungan yang berbeda, akan mengembangkan sifat-sifat yang juga berbeda. Makin besar perbedaan lingkungannya, makin besar pula perbedaan sifat kedua anak kembar itu.

Atas dasar itulah maka setiap orang harus bisa memilih lingkungan pergaulannya agar terbentuk perbuatan-perbuatan positif dalam setiap harinya. karena terkadang lingkungan juga adalah bagian dari desain untuk mengarahkan manusia ke arah yang negatif seperti kelompok teroris yang selalu membayangi kehidupan masyarakat. jika seseorang tidak dapat menyadari itu pasti akan terpengaruh dengan pemahaman yang mereka bangun di lingkungan tersebut.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *