Bencana banjir bandang merupakan peristiwa alam yang bisa dicegah. Hal itu berbeda dengan bencana gempa bumi maupun tsunami. Oleh karena itu, tinggal bagaimana manusia dengan ilmu poengetahuan alam dan teknologi mampu melakukan upaya pencegahan, mitigasi bencana banjir. Meskipun masih dalam tahap penanganan bencana, tetapi informasi mengenai penyebab terjadinya bencana bandang yang menerjang sejumlah wilayah di Indonesia merupakan fenomena yang diakibatkan tindakan negatif dari manusia itu sendiri.
Salah satu yang diduga menjadi penyebab banjir diantaranya, lahan kritis, penambangan liar, pembalakan liar dan pembukaan lahan baru tanpa memperhatikan kelestarian alam. Dari faktor tersebut, lahan kritis menjadi hal yang disorot.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Balai Taman Nasional Lore Lindu (BTNLL) Hasmuni Hasman menyatakan kerusakan hutan di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) akibat maraknya pembalakan dan penambangan liar serta akibat perubahan tata ruang pada kawasan hutan. Luas kawasan hutan di Sulteng yang masuk kategori kritis akibat rusak karena mengalami penggundulan hutan atau deforestasi mencapai 264.874 hektar (Ha). Angka tersebut tertuang dalam Surat Keputusan (SK) Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 306 Tahun 2018 tentang Penetapan Lahan Krisis Nasional. Berdasarkan data tahun 2019-2020, angka deforestasi di wilayah Provinsi Sulteng tercatat tinggal seluas 44.523,9 hektar. Terus berkurang dari tahun 2018. Oleh sebab itu perlu keterlibatan semua pihak termasuk masyarakat untuk mengatasi persoalan tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya Rehabilitas Hutan yang harus dilakukan karena pelaksaan rehabitas hutan pelaksanaanya lebih diprioritaskan pada kegiatan penanaman/reboisasi pada lahan sangat kritis dan kritis. Yang dimaksud dengan reboisasi adalah upaya penanaman jenis pohon hutan pada kawasan hutan rusak yang berupa lahan kosong, alang-alang atau semak belukar untuk mengembalikan fungsi hutan.
Kegiatan reboisasi diprioritaskan pada kawasan konservasi dan hutan lindung. Reboisasi di dalam kawasan hutan lindung ditujukan untuk memulihkan fungsi pokok sebagai perlindungan system penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah. Reboisasi di dalam kawasan hutan konservasi ditujukan untuk pembinaan habitat dan peningkatan keanekaragaman hayati
Berikut berdasarkan laman Kompas cara mencegah banjir. Terdapat beberapa upaya yang bisa kita lakukan bersama-sama untuk mencegah banjir, baik di lingkungan rumah maupun di lingkungan tempat tinggal.
- Jangan membuang sampah ke sungai dan selokan
Penting untuk menjaga sungai dan selokan tetap bersih agar mampu menampung debit air tinggi ketika musim hujan. Sayangnya, ada yang suka membuang sampah sembarangan ke sungai atau selokan. Ini akan membuat sungai dan selokan tersumbat dan berkurang kapasitasnya untuk menampung air.
- Hindari membuat bangunan di pinggir sungai
Saat ini semakin banyak yang membangun di pinggir sungai, padahal itu bisa menyebabkan banjir. Pembangunan rumah atau bangunan di pinggir sungai akan mempersempit sungai. Selain itu, sampah rumah tangga berpotensi masuk ke dalam sungai.
- Tebang pilih dan reboisasi
Setelah menebang pohon, sebaiknya ditanam lagi pohon yang baru. Utamakan menanam pohon berakar besar yang bisa menyerap air dengan cepat. Baca juga: Sering Hujan dan Banjir, Apakah Sudah Masuk Puncak Musim Hujan? Ini Kata BMKG.
- Memperbanyak lahan terbuka hijau Perkotaan jauh dari hutan.
Lahan terbuka hijau di perkotaan bisa menggantikan hutan dan menambah daerah resapan di perkotaan agar terhindar dari banjir. Area ini bisa ditanami berbagai pohon yang baik untuk menyerap air.
- Menjaga dan membersihkan saluran air secara rutin
Perawatan saluran air dan membersihkannya secara rutin bisa mencegah banjir. Hal ini bisa dilakukan secara bergotong royong oleh warga di sekitar saluran air tersebut. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa saluran air siap menampung jika curah hujan meninggi sehingga tidak terjadi banjir.
Itulah cara pencegahan banjir versi Dutadamai Sulteng berdasarkan dikutip dari laman Kompas.