Hidup di sebuah negara yang terdiri dari beragam agama, budaya, suku, ras, pandangan, dan prinsip bukanlah suatu hal yang mudah. Seringkali terdengar konflik-konflik yang mudah tersulut api dan kian menyala dari waktu ke waktu jika tidak segera ditemukan titik padamnya. Konflik kerap terjadi karena adanya rasa perbedaan antara satu dengan yang lainnya.
Terlebih lagi jika terdapat oknum yang terkesan memanfaatkan momentum tersebut sebagai alat untuk memperkeruh suasana dan mengambil keuntungan pribadi. Namun, negara dengan perbedaan yang berisiko itu telah disatukan dan diperkuat oleh adanya dasar negara yang disebut Pancasila dan dilengkapi oleh semboyan yang telah melekat dalam sanubari rakyat yakni Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu jua).
Negara yang dianugerahi keberagaman, kekayaan alam, keindahan budaya, jejeran pulau yang terbentang dari ujung ke ujung (Sabang hingga Merauke), dan terpisahkan oleh lautan yang begitu luas itu bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Indonesia dengan keberagaman yang sangat kompleks nyatanya tetap berdiri sejak dikumandangkannya kemerdekaan 17 Agustus 1945 hingga detik ini meskipun kerap tercederai oleh konflik-konflik intern. Namun, konflik yang terjadi mampu diredam dengan adanya sejarah dan rasa yang sama yakni sakitnya terjajah oleh bangsa asing dalam kurun waktu lama sehingga dibutuhkan rasa kesatuan dan persatuan untuk melawan segala perbedaan yang ada.
Keberagaman juga mendorong lahirnya jiwa-jiwa toleran dalam diri rakyat Indonesia dan diharapkan terus terpupuk dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, toleransi yang terus terpupuk dapat dijadikan sebagai salah satu alat pemadam api yang tersulut dari suatu konflik.
Jika dilihat dari segi agama, Indonesia memiliki banyak umat beragama dengan tempat ibadah yang letaknya saling berdekatan. Contohnya seperti masjid yang menjadi tempat beribadah umat islam sering dijumpai tidak jauh letaknya dengan gereja yang menjadi tempat beribadah umat kristiani.
Hal tersebut berjalan tanpa ada gesekan karena adanya jiwa toleran dalam diri masing-masing umat dan sepanjang tidak terdapat oknum yang berusaha memecah belah akan tetap berjalan dengan baik. Faktanya, toleransi yang tercipta antar umat beragama mampu menjadikan kehidupan bermasyarakat lebih damai, aman, tentram, kondusif, indah, dan harmonis.
Jika dilihat dari segi budaya, Indonesia memiliki berbagai macam budaya dari Sabang hingga Merauke. Hal tersebut justru menjadikan Indonesia sebagai wadah bagi orang-orang yang ingin mempelajari kebudayaan daerah lain dan mempererat rasa persaudaraan antar daerah. Tentunya, hal tersebut juga berlaku bagi orang-orang asing yang ingin mempelajari kebudayaan Indonesia sehingga Indonesia dapat lebih dikenal di kancah dunia sebagai negara dengan keberagaman dan rasa toleransi yang tinggi.
Sayangnya, dalam penerapannya tidak selalu berjalan mulus dimana masih sering ditemui adanya diskriminasi budaya dan membanggakan budaya dari daerah masing-masing secara berlebihan sehingga mampu mengancam kesatuan dan persatuan. Namun, segala macam konflik yang terjadi mampu diredam oleh adanya kesadaran diri terhadap jiwa toleran yang telah dipupuk dan nilai-nilai Pancasila yang telah diamalkan selama ini.
Jika dilihat dari segi suku, Indonesia memiliki banyak suku yang tersebar dari Pulau Sumatera hingga Pulau Papua dengan ciri khasnya masing-masing. Meskipun terdiri dari suku yang berbeda-beda, nyatanya masih banyak ditemukan antar suku yang hidup berdampingan dan jauh dari konflik. Jika memang terjadi konflik yang mengatasnamakan suku tertentu, hal tersebut kembali lagi kepada masing-masing individu apakah ingin terprovokasi atau tidak serta apakah selama ini telah menjadi rakyat Indonesia yang mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan menanamkan jiwa toleran atau tidak.
Contohnya seperti orang dari Suku Jawa yang merantau dan tinggal di Pulau Kalimantan mampu hidup berdampingan dengan suku asli Kalimantan secara baik selama tidak menyalahi aturan yang ada dan tidak menyulut api perkara.
Jika dilihat dari segi ras, Indonesia terdiri atas golongan weddoid (Jambi dan sekitarnya), golongan mongoloid (Jawa dan sekitarnya), golongan Papua melanesoid (Papua dan sekitarnya), dan golongan negroid (Semenanjung Malaya dan Kepulauan Andaman). Dari berbagai macam ras tersebut, sejauh ini rakyat Indonesia masih hidup dengan damai dan minim diskriminasi terhadap ras tertentu.
Meskipun begitu, dalam kehidupan nyata tidak ada yang sempurna dan pasti akan ada hal-hal yang tidak sesuai dengan yang dikehendaki. Namun, selama diri selalu berusaha berada di jalan yang benar sesuai dengan ajaran nilai-nilai Pancasila, kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat itu akan benar-benar terwujud. Contohnya seperti orang Jawa yang bersahabat baik dengan orang Papua tanpa memandang perbedaan warna kulit, jenis rambut, warna mata, tinggi badan, dan lain-lain.
Selain itu, perbedaan pandangan dan prinsip rakyat Indonesia mampu disatukan dengan dijunjungnya jiwa toleran dalam diri dan digunakan untuk kebaikan bersama dalam mewujudkan negara yang lebih baik. Contohnya jika terdapat suatu daerah di Indonesia yang terkena bencana, banyak rakyat Indonesia dari penjuru daerah manapun yang menunjukkan rasa simpati dan empatinya dengan berlomba-lomba mengerahkan tenaga dan waktunya untuk menjadi relawan tanpa diminta.
Sebagian rezeki juga didonasikan untuk memenuhi kebutuhan saudara-saudara yang terdampak bencana. Seperti halnya bencana gempa bumi dan tsunami yang baru-baru ini terjadi di daerah Palu, Donggala, Sigi, dan sekitarnya yang menghentak sisi kemanusiaan. Terlepas dari adanya konflik-konflik yang mencederai kedaulatan bangsa, nyatanya jiwa-jiwa toleran dalam diri rakyat Indonesia dan nilai-nilai Pancasila yang diamalkan secara tepat mampu membentuk karakter bangsa menjadi bangsa yang humanistis dan realistis